S T A T I S I K

Selasa, Juni 07, 2011

Kepemimpinan

KEPEMIMPINAN


Mengawali pemahaman tentang kepemimpinan, terlebih dahulu kita harus memahami manusia dan hakekatnya. Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang dikaruniai nilai lebih dibanding ciptaan lainnya. Manusia dikaruniai kehidupan dengan akal dan pikiran yang menjadikan manusia itu lebih dari yang lain dan diberi anugerah untuk “menguasai” ciptaan lainnya.

Dalam kehidupannya manusia diberikan kebebasan, kekuasaan, dan kemampuan. Herry Tjahjono (2003) menyebutkan keberadaan dan perbedaan manusia dengan mahluk lainnya pada empat hal yaitu keberadaan (eksistensi) (P), kehidupan (X), kesadaran (Y), dan penyadaran diri (Z) yang digambarkan melalui gambar berikut :



Manusia = P+X+Y+Z


Binatang = P+X+Y


Tumbuhan = P+X

Batu = P

Gambar tersebut diatas menggambarkan bahwasanya manusia memiliki kelebihan disbanding mahluk lainnya. Batu (benda mati) hanya memiliki keberadaannya (P) yang tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Batu tidak memiliki kehidupan. Bunga (tanaman) memiliki eksistensi (P) sebagai ciptaan ditambah dengan kehidupan (X), artinya tanaman memiliki kehidupan dan sewaktu-waktu dapat kehilangan kehidupannya. Kelinci (binatang) memiliki eksistensi (P), kehidupan (X), dan kesadaran (Y). Kelinci hidup dan memiliki kesadaran (insting) sehingga dia dapat berbuat untuk kehidupannya namun sewaktu-waktu dia juga dapat kehilangan kesadarannya itu. Manusia memiliki eksistensi (P), kehidupan (X), kesadaran (Y), dan penyadaran diri (Z). Dengan demikian, manusia memiliki nilai lebih daripada mahluk yang lainnya karena dia memiliki kesadaran, mampu menghilangkan kesadaran itu, dan dia juga memiliki penyadaran diri-sadar atas kesadarannya (kekuatan yang menjadikannya manusia insani, namun menjadi maha insani). Seorang manusia dapat merasakan kesakitan dan sadar akan penyakitnya serta sadar bahwa dirinya perlu pengobatan untuk memulihkan penyakitnya.

Gambaran tersebut diatas mempertegas bahwa manusia mampu melakukan segalanya dengan segala potensi yang dimilikinya termasuk menjadi pemimpin. Ada “raksasa” tidur dalam diri kita, yang berarti bahwa setiap orang diciptakan bisa menjadi pemimpin, baik dalam tim (organisasi) atau setidaknya menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Namun permasalahannya saat ini adalah banyak manusia yang tidak sadar. Manusia tidak menyadari kesadarannya, sehingga banyak manusia merasa tidak mampu dan tidak bisa, sehingga lahirlah keputus asaan, dan tidak percaya diri.

Memahami Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) merupakan upaya untuk mendorong gairah kerja dalam mencapai sasaran yang maksimal. Malayu S. P. Hasibuan (2002) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan (anggota), agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Artinya, kepemimpinan adalah suatu komponen integral dari interaksi antar manusia (human interaction) dalam suatu organisasi dengan berbagai latar keinginan, kemampuan, dan keterampilan. Menyatukan kesemuanya itu dalam suatu aktifitas nyata merupakan konsekuensi dari kualitas diri pemimpin dalam melakukan (to do), bertindak (to act), menghasilkan (to produce), suatu kebermaknaan. Oleh karena memimpin melibatkan interaksi dengan manusia lain, butuh inspirasi, kemampuan mendengar, mendapatkan kerjasama dari pada para pengikut, komunikasi efektif, mampu membuat visi menjadi nyata bukan hanya mimpi belaka.

Pemimpin (leader = head) adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi (Malayu S. P. Hasibuan, 2002). Leader adalah seorang pemimpin yang mempunyai sifat-sifat kepemimpinan dan kewibawaan (personality authority). Falsafah kepemimpinannya adalah bahwa pemimpin untuk bawahan (anggota) dan milik bawahan (anggota). Pelaksanaaan kepemimpinannya cenderung menumbuhkan kepercayaan, partisipasi, loyalitas, dan internal motivasi para bawahan dengan cara persuasive. Hal ini semua akan diperoleh karena kecakapan, kemampuan, dan perilakunya. Head adalah seorang pemimpin yang dalam melaksanakan kepemimpinannya hanya atas kekuasaan (power) yang dimilikinya. Falsafah kepemimpinannya adalah bahwa bawahan untuk pemimpin. Pemimpin menganggap dirinya paling berkuasa, paling cakap, sedangkan bawahan dianggap hanya pelaksana keputusan-keputusannya saja. Pelaksanaan kepemimpinannya dengan memberikan instruksi /perintah, ancaman hukuman, dan pengawasan yang ketat.

Ada beberapa hal penting yang menjadi unsur-unsur kepemimpinan, yaitu :
1. Adanya seorang pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi/memotivasi orang lain
2. Adanya kelompok yang dipengaruhi
3. Adanya tujuan/arah atau sasaran yang hendak dicapai
4. Adanya aktifitas (peranan) yang dilakukan untuk mencapai tujuan
5. Adanya interaksi (hubungan social) antara pemimpin dengan yang dipimpin
6. Adanya kekuasaan yang lebih besar (kewibawaan) yang dimiliki oleh si pemimpin agar ia mempunyai pengaruh.

Gaya Kepemimpinan
Dalam pelaksanaan kepemimpinannya, seorang pemimpin memiliki cara/gaya dalam memimpin;
1. Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang sebagian besar mutlak berada pada pimpinan atau sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan tidak melibatkan bawahan dalam memberikan saran, ide, dan pertimbangan, hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin. Orientasi kepemimpinannya adalah hanya pada peningkatan produktifitas kerja, sementara perasaan dan kesejahteraan bawahan kurang diperhatikan. Pemimpin menganut system manajemen tertutup (close management) , tidak ada keterbukaan tentang keadaan organisasi, serta pengkaderan kurang mendapatkan perhatian.
2. Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan partisipatif adalah kepemimpinan yang dilakukan dengan cara persuasive, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan (anggota) agar ikut merasa memiliki organisasi. Bawahan berpartisipasi dalam memberikan ide, saran, dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pemimpin menganut system manajemen terbuka (open management). Pemimpin mendorong kemampuan bawahan dalam mengambil keputusan dan membina bawahan untuk menerima tanggungjawab yang lebih besar.
3. Kepemimpinan Delegatif
Kepemimpinan delegatif adalah apabila pemimpin memberikan mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap, sehingga bawahan dapat mengambil keputusan dalam melaksanakan pekerjaannya dengan bebas dan leluasa. Dalam hal ini, bawahan dituntut memiliki kematangan dalam pekerjaan (kemampuan) dan kematangan psikologis (kemauan).

Tidak ada komentar: